Kolom

Mendorong Visi Kemandirian Pangan Pemerintahan Baru

Petani mengevaluasi tingkat kekeringan jagung siap panen di Parigi, Tangerang Selatan, Sabtu (19/9/2020). Jagung tersebut dibiarkan hingga mengering di pohon untuk memudahkan proses pembuatan pasca panen. Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat target buatan jagung setempat 6,4 ton/hektar tetapi di beberapa kawasan surplus menjadi 8 hingga 9 ton/hektar. Secara nasional, buatan jagung sepanjang tahun 2020 diperkirakan meraih 24.16 juta ton.
Fоtо іluѕtrаѕі: Arі Sарutrа/dеtіkсоm

Jаkаrtа – Prabowo Subianto dalam waktu dekat akan dilantik menjadi Kepala Negara Republik Indonesia periode 2024-2029. Bersama pasangannya Gibran Rakabuming Raka, Prabowo memiliki visi besar Membawa Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045. Untuk menggapai visi itu, ada 8 misi yg dibungkus dalam Asta Cita. Kedelapan misi tersebut bakal diimplementasikan lewat 17 kegiatan prioritas dengan 8 kegiatan hasil terbaik cepat yang mulai menjadi ԛuісk wіn pemerintahan Prabowo.

Menelaah delapan misi Asta Cita sanggup menjadi respon dari permasalahan dan tantangan bangsa Indonesia dikala ini dan ke depan. Pertama, memperkokoh ideologi Pancasila, demokrasi, dan hak asasi insan (HAM). Kedua, memantapkan metode pertahanan keselamatan negara dan mendorong kemandirian bangsa lewat swasembada pangan, energi, air, ekonomi kreatif, ekonomi hijau, dan ekonomi biru.

Ketiga, mengembangkan lapangan kerja yg berkualitas, mendorong kewirausahaan, membuatkan industri kreatif, melanjutkan pengembangan infrastruktur. Keempat, memperkuat pembangunan sumber daya insan (SDM), sains, teknologi, pendidikan, Kesehatan, prestasi olahraga, kesetaraan gender, serta penguatan tugas perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas. Kelima, melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi buat mengembangkan nilai tambah di dalam negeri.

Keenam, membangun dari desa dan dari bawah bagi pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan. Ketujuh, memperkuat reformasi politik, hukum, dan birokrasi, serta memperkuat pencegahan dan pemberantasan korupsi dan narkoba. Dan, kedelapan, memperkuat penyelarasan kehidupan yg serasi dengan lingkungan, alam, dan budaya, serta kenaikan toleransi antarumat beragama untuk meraih penduduk yang adil dan makmur.

Tentu, visi dan misi besar itu bukan cuma lірѕ ѕеrvісе yang menjadi konsumsi publik dan gіmmісk kampanye saja. Lebih dari itu segala, ini yaitu penyelesaian kepada permasalahan bangsa yang mesti diimplementasikan dalam lima tahun. Kali ini aku mulai membahas salah satu poin yg tertuang dalam delapan misi, yang menjadi permasalahan dikala ini dan tantangan ke depan. Yaitu, poin yang tercantum dalam misi kedua Prabowo: Memantapkan pertahanan keselamatan negara dan mendorong kemandirian bangsa lewat swasembada pangan.

Mаѕаlаh Pеrut Rаkуаt

Masalah pangan yaitu masalah perut rakyat. Bila permasalahan ini tidak diatasi, persoalannya akan memiliki pengaruh besar bukan cuma pada perkara kesehatan, sosial, ekonomi, dan menyebabkan kriminalitas, tetapi juga besar dampaknya kepada kekokohan negara dalam bingkai persatuan dan kesatuan negara Republik Indonesia. Fоundіng fаthеr bangsa Indonesia, Kepala Negara Sukarno telah mengingatkan kalian bahwa “pangan yaitu hidup matinya sebuah bangsa.”

Dalam pidatonya menjelang peletakan watu pertama Gedung Fakultas Pertanian Universitas Indonesia, yang menjadi cikal bakal Institut Pertanian Bogor (IPB), 27 April 1952, Bung Karno mengajak para perjaka dan bangsa Indonesia membangun kemandirian pangan. Bung Karno yang memiliki gaya retorika yg khas, berapi-api, dan bisa memperabukan semangat rakyat Indonesia, yg lazimnya kerap berpidato secara lisan, kali itu menyodorkan pidatonya juga dalam lembar tulisan.

“Dengan sengaja pidato aku ini saya tuliskan, biar agar ialah risalah yg nanti sanggup dibaca dan dibaca lagi dan dibaca lagi oleh pemuda-pemudi kita, bukan saja dari sekolah tinggi ini, tapi dari seluruh tanah air kalian,” ujarnya mempertegas bahwa perkara pertanian tersebut sungguh penting. “Sebab apa yg akan aku katakan itu merupakan amat utama untuk kita, amat-utama bahkan perihal soal mati-hidupnya bangsa kami di kemudian hari,” tegas Bung Karno.

Saat Bung Karno berpidato, penduduk Indonesia masih berjumlah 75 juta jiwa. Namun, negeri ini sudah mengalami ketidakseimbangan antara buatan dan konsumsi pangan, utamanya padi. Kebutuhan beras dikala itu meraih 6,45 juta ton (rata-rata konsumsi 86 kg beras per orang per tahun), sedangkan buatan beras hanya 5,5 juta ton. Karena itu ia mengingatkan persediaan pangan mesti ditingkatkan dengan; pertama, memperluas kawasan pertanian, dan kedua, menggiatkan kerja keras pertanian.

Selain membuatkan pertanian sawah buat mengembangkan produksi, Bung Karno juga mengajak penduduk memproduktifkan lahan kering. Ada empat langkah yang ditekankan Bung Karno. Pertama, melakukan pemupukan, baik pupuk sangkar dan pupuk hijau. Bila kurang gres disertakan pu[uk tiruan. Kedua, melakukan seleksi untuk lahan kering, dengan membuatkan padi gogo. Ketiga, mesti melipatgandakan binatang ternak. Peternakan yaitu syarat mutlak untuk pertanian di tanah kering.

Keempat, mekanisasi. Sudah sejak lama, Bung Karno menekankan pentingnya mekanisasi dalam pengembangan pertanian. Apa yg diungkapkan Bung Karno masih sungguh berhubungan bagi menangani permasalahan pangan bangsa ini. Pun demikian pada masa pemerintahan Orde Baru yang dipimpin Kepala Negara Soeharto, dilema pangan menjadi prioritas. Pada 1969, buatan beras nasional cuma sekitar 12 juta ton, masih kurang ketimbang keperluan konsumsi penduduk. Saat itu pemerintah membuatkan kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi lewat kegiatan Bimbingan Masal (Bimas).

Lewat Bimas, petani mendapatkan intensifikasi masal (Inmas) dan intensifikasi khusus (Insus), seraya pemerintah juga melakukan diversifikasi pertanian. Pemerintah menampilkan sumbangan pupuk dan pestisida. Lima belas tahun kemudian, Indonesia mendapatkan predikat swasembada pangan dari Organisasi Pangan Dunia (FAO), yg disampaikan Direktur Jenderal FAO, Edward Saouma, pada 14 November 1985.

Predikat swasembada pangan terkikis seiring dengan bertambahnya penduduk Indonesia dan imbas pembangunan yg tak berkelanjutan, menghancurkan lingkungan, bahkan menggusur lahan-lahan buatan pertanian. Akhirnya, Indonesia tak dapat menyanggupi keperluan pangannya sendiri dan kembali menjadi pengimpor beras. Sudah puluhan tahun Indonesia mengimpor beras jutaan ton. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2018 impor beras Indonesia menembus lebih 2 juta ton.

Impor selalu berjalan setiap tahunnya, dan puncaknya pada 2023, impor beras meraih 3.062.857 ton. Impor 2023 nilainya meraih 1,789 miliar dolar AS atau sekitar Rp 28 triliun dana lari keluar dan dicicipi petani negara yang lain. Sumber impor beras Indonesia yaitu dari India, Vietnam, Thailand, Pakistan, Myanmar, Jepang, dan Tiongkok. Produksi padi Indonesia dalam bertahun-tahun terakhir mengalami penurunan.

BPS mengungkapkan, pada 2023, luas panen padi meraih sekitar 10,21 juta hektar dengan buatan padi sebesar 53,98 juta ton gabah kering giling (GKG). Jika dikonversikan, menjadi beras 31,10 juta ton. Dibandingkan tahun sebelumnya, buatan padi turun 0,77 juta ton GKG. Bukan cuma beras. Pada 2023 Indonesia juga mengimpor kedelai 2 juta ton (90 persen diimpor dari Amerika Perkumpulan). Impor gula 5 juta ton (terbanyak dari Thailand dan Brasil), impor jagung 1,24 juta ton, impor gandum dan meslin 10,58 juta ton. Bawang putih impor sebanyak 564.027 ton dengan nilai 648,47 juta dolar AS pada 2023.

Bawang merah, cabai, dan buah-buahan juga sekarang banyak impor. Komoditas pangan lainnya, impor daging sapi dan sejenis lembu setiap tahun terus meningkat. Pada 2023 impor daging sapi meraih 238,433 ribu ton, sebagian besar disuplai dari India dan Australia. Impor daging sapi bakal meningkat 2024, Badan Pangan Nasional (Bapanas) telah mendesain impor daging sapi, bakalan, dan kerbau meraih 389.024 ton. Sementara buatan daging sapi dalam negeri diprediksi 422.649 ton.

Tаntаngаn Bеѕаr

Realita ini yang menjadi tantangan besar pemerintahan Prabowo ke depan. Dengan potensi Indonesia selaku negara agraris dan memiliki lahan luas dan subur, sebaiknya dapat menyanggupi keperluan dasar penduduknya, utamanya pangan yang dibuat dalam dalam negeri sendiri. Tantangan mengembangkan buatan pangan memang tak gampang. Beberapa taktik yg dilaksanakan pemerintah antara lain dengan mencetak lahan baru, lewat kegiatan pembangunan sejuta hektar sawah, pembangunan food estate, belum membuahkan hasil sesuai harapan.

Perlu langkah dan kebijakan strategis yang terintegrasi dan terstruktur, inter-kementerian dan forum pemerintah, yg juga melibatkan unsur masyarakat, TNI, BUMN, dan swasta buat mengakselerasi kemandirian pangan dan memperkuat ketahanan pangan nasional berbasis buatan pangan lokal. Pola pikir lama membangun ketahanan pangan dengan memperbanyak ketersediaan pangan barang impor sudah tidak berhubungan lagi. Perlu pergantian paradigma yg mendasar, membangun ketahanan pangan dengan mengoptimalkan potensi dan membuatkan sumber daya yang dimiliki sendiri.

Indonesia ialah negara agraris yang memiliki kekayaan sumber daya alam berlimpah dan memiliki sumber saya insan yang banyak. Intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian, dengan pendekatan teknologi pertanian yg kian berkembang, selain akan mampu mengembangkan buatan pangan nasional, juga bakal bikin lapangan kerja dan menyerap tenaga kerja nasional.

Semangat dan keberpihakan Prabowo kepada pertanian sudah dimulai sejak memimpin organisasi petani Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) pada 2004. Pemetaan permasalahan pertanian, tergolong peternakan dan perikanan, boleh jadi sudah dilakukannya sejak lama. Dan, dengan роwеr-nya selaku Presiden Republik Indonesia dan visi besarnya, optimis bakal bisa menangani permasalahan dasar petani, peternak, dan nelayan nasional Indonesia, sehingga mampu mengembangkan buatan menuju kemandirian pertanian dan kedaulatan pangan nasional.

Asa sanggup berdiri diatas kaki sendiri pangan pasti tidak cuma cukup mengandalkan pemerintah. Masyarakat, aktivis, akademisi, media, dan para pelaku ekonomi juga mesti ikut serta aktif dengan berkarya sesuai kapasitasnya masing-masing mengoptimalkan potensi pangan nasional dan merubah mindset buat mengonsumsi produk pangan setempat yang dibuat petani Indonesia sendiri. Saatnya kalian meresapi dan mengimplementasikan filosofi nenek moyang kalian, “Nаndur оро ѕіng dіраngаn, mаngаn оро ѕіng dіtаndur“.

Filosofi yang menjadi nilai-nilai luhur bangsa ini tak hanya menjadi pegangan orang dahulu di Jawa, tetapi juga di pegangan hidup orang-orang lalu di daerah-daerah yang lain di Nusantara: “Makan apa yg ditanam, tanam apa yang dimakan.” Filosofi ini pula yang kalian terapkan di organisasi petani dan nelayan yang saya pimpin, Serikat Insan Tani dan Nelayan Indonesia (INTANI). Implementasinya, jikalau kita tidak menanam gandum, tidak perlu makan terigu. Ganti dengan tepung mocaf (mоdіfіеd саѕѕаvа flоur) yg berbahan baku singkong yg banyak dibuat petani Nusantara.

Kalau kalian tak menanam kedelai, tidak perlu makan tahu-tempe. Banyak makanan pengganti yg memiliki protein tinggi, baik dari biji-bijian semacam kacang koro atau kedelai setempat maupun dari sumber protein yg yang lain seumpama ikan laut, ikan sungai, maupun ikan budidaya, yang sanggup menjadi makanan bergizi rakyat. Mari kami konsumsi pangan dan makanan yg dibuat bangsa sendiri!

Guntur Subаgjа Mаhаrdіkа Kеtuа Sеrіkаt Inѕаn Tаnі dаn Nеlауаn Indоnеѕіа (INTANI)

kеmаndіrіаn раngаnkеtаhаnаn раngаnLoading...Hoegeng Awards 2025Baca dongeng inspiratif calon polisi rujukan di siniSеlеngkарnуа

Leave a Comment